Rabu, 14 Agustus 2013

KENDROL INCUBATOR: FHOTO GALLERY

KENDROL INCUBATOR: FHOTO GALLERY: gambar incubator 1   gambar dalam incubator gambar incubator 2 gambar pengatur temperature gambar.pemasangan pencahaya...

Sabtu, 12 Januari 2013

PROSEDUR PENETASAN TELUR

Prosedur Penetasan Telurcandling pict

Semua Incubator yang digunakan harus diletakkan dalam satu ruang khusus yang terlindungi dari perubahan suhu dan kelembaban udara secara drastis, ruangan juga harus dilengkapi dengan ventilasi udara yang cukup. Hal tersebut dimaksudkan untuk pengontrolan yang lebih baik terhadap suhu dan kelembaban udara di dalam ruang mesin tetas. Kebersihan di dalam ruangan, mesin incubator baik luar dan dalamnya termasuk sanitasinya harus diperhatikan dengan seksama. Mesin incubator harus dicoba dahulu setidaknya 1 – 2 jam dan di kontrol suhu dan kelembabannya sebelum digunakan. Hal ini untuk melihat apakan semua system telah berjalan

Temperatur

Standart untuk suhu dalam incubator “penetasan” tipe forced air adalah untuk jenis forced-air incubators dan untuk type still-air incubators. Suhu pada incubator penetas (hatching) di set lebih rendah dibandingkan dengan incubator “pengeram” selama 3 hari sebelum penetasan.
________________________________________
Keterangan Ayam
Periode Incubator (Hari) 21
Temperatur 100
Humidity 65-70
Tidak ada pemutaran telur Hari ke 18th
Buka Vents tambah ¼ hari ke 10th
Buka Vents (jika diperlukan) hari ke 18th
________________________________________

Sedangkan untuk tipe still air, posisi termometer adalah sejajar atau rata dengan tinggi bagian atas telur atau sekitar 5 cm dari dasar telur. Termometer haruslah tidak diletakkan diatas telur atau diluar bidang penetasan tetapi bersebelahan dengannya. Selain itu, mesin incubator juga harus tertutup rapat untuk menghindari hilang panas atau kelembaban udaranya.

Fluktuasi temperatur sebanyak 1 derajat atau kurang tidak menjadi masalah tetapi pengontrolan Temperature secara berkala amat diperlukan untuk menjaga agar suhu tidak ketinggian atau kerendahan dari standart tersebut. Sebagai catatan : suhu sekitar . untuk 30 menit dapat mematikan embrio didalam telur sedangkan suhu penetasan pada untuk 3 sampai 4 jam akan memperlambat perkembangan embrio didalam telur.

Kelembaban Udara (Humidity)

Pengontrolan kelembaban udara harus dilakukan dengan teliti. Hal ini diperlukan untuk menjaga hilangnya air dari dalam telur secara berlebihan. Pengukuran dapat dilakukan dengan hygrometer atau psychrometer. Psychrometer atau termometer bola basah (wet bulb) menunjukkan derajat kelembaban udara dan dapat dibaca berdasarkan tabel dibawah ini:
___________________________________________________________________
Pembacaan temperatur system bola basah (wet Bulb ) untuk incubator
Temperatur,

Rel. Humidity 99 100 101 102
45% 80.5 81.3 82.2 83.0
50% 82.5 83.3 84.2 85.0
55% 84.5 85.3 86.2 87.0
60% 86.5 87.3 88.2 89.0
65% 88.0 89.0 90.0 91.0
70% 89.7 90.7 91.7 92.7
___________________________________________________________________

Kelembaban relatif (relatif humidity) untuk mesin incubator “penetas” atau periode 18 hari pertama harus dijaga pada 50 – 55 % atau dengan wet bulb. Dan 3 hari setelahnya (21 hari dikurangi 3 hari) atau pada hari ke 19 – 21 sebelum penetasan, kelembaban udara harus dinaikkan menjadi - atau - .

Pada saat 3 hari menjelang penetasan dapat dikatakan kita harus lepas tangan “hand-off” karena pada saat ini tidak diperlukan campur tangan manusia sama sekali selain menunggu proses penetasan berjalan sampai selesai dengan sendirinya. Incubator tidak boleh dibuka karena dapat menyebabkan kehilangan kelembaban udara yang amat diperlukan dalam penetasan. Kehilangan kelembaban dapat mencegah keringnya membran pada kulit telur pada saat penetasan (hatching).

Kelembaban yang rendah menyebabkan anak ayam sulit memecah kulit telur karena lapisannya menjadi keras dan berakibat anak ayam melekat / lengket di selaput bagian dalam telur dan mati. Akan tetapi kelembaban yang terlalu tinggi dapat menyebabkan anak ayam didalam telur juga sulit untuk memecah kulit telur atau kalaupun kulit telur dapat dipecahkan maka anak ayam tetap berada didalam telur dan dapat mati tenggelam dalam cairan dalam telur itu sendiri.

Pada incubator penetas “hatching”, kelembaban udara bisa diatur dengan memberikan nampan berisi air dan bila perlu ditambahkan busa / sponse untuk meningkatkan kelembaban udara. Sedangkan pada tipe still-air maka menaikkan kelembaban dengan cara menambah nampan air dibawah tempat penetasan atau pada prinsipnya, menaikkan kelembaban dapat dicapai dengan menambah penampang permukaan airnya.

Adapun cara yang sempurna untuk menentukan kelembaban udara adalah dengan memperhatikan ukuran kantong udara didalam telur bagian atas atau bagian tumpulnya seperti gambar dibawah ini dengan menggunakan teropong telur. Kelembaban dapat diatur setelah peneropongan telur pada hari ke 7, 14, dan 18 pada masa penetasan.

kantong udara pada telur pict


Ventilasi

Ventilasi yang cukup adalah penting untuk diperhatikan mengingat didalam telur ada embrio yang juga bernafas dalam perkembangannya dan memerlukan O2 dan membuang CO2. Dalam operasi mesin penetas, lebar lubang bukaan ventilasi harus diatur agar cukup ada sirkulasi udara dan dengan memperhatikan penurunan tingkat kelembaban udaranya.

Pada incubator tipe still-air, buatan Cemani maka bukaan ventilasi ada di bagian atasnya yang dapat diatur untuk mengeluarkan udara bersamaan degan pergerakan udara panas yang ada didalamnya sedangkan sirkulasi udara masuk sudah cukup dari lubang lubang yang ada dibagian bawah dan samping incubator tersebut.

Pada incubator jenis forced-air incubator, jika terjadi lampu mati atau PLN off maka ventilasi harus dibuka lebih lebar dan bila perlu sesekali di buka pintunya agar terjadi pertukaran udara segar dan tetap diusahakan suhu ruangan berada pada kisaran 75oF atau lebih. Sedangkan pada incubator tipe still-air ventilasi dibiarkan terbuka ¼ atau ½ (tidak berubah atau lebih ditutup) agar panas dan kelembaban tidak terlalu terpengaruh.

Pemutaran Telur

Pada incubator tipe forced-air seperti kami miliki, telur telur diletakkan pada tray tray pada tempatnya dengan unjung tajam telur menghadap kebawah. Pemutaran dilakukan secara manual dengan menarik dan menekan tuas untuk memindahkan posisi tray didalam mesin incubator agar terjadi sudut 30 – 45 derajat untuk tiap tiap waktu yang ditetapkan secara berkesinambungan dan bergantian sudutnya.

Pemutaran telur sedikitnya adalah 3 kali sehari atau 5 kali sudah lebih dari baik untuk mencegahembrio telur melekat pada selaput membran bagian dalam telur. Oleh sebab itu jangan pernah membiarkan telur tetas tidak dibalik atau diputar posisinya dalam 1 hari pada masa penetasan telur. Pemutaran telur tersebut dilakukan dalam 18 hari pertama penetasan. Tetapi JANGAN membalik telur sama sekali pada 3 hari terakhir menjelang telur menetas. Pada saat itu telur tidak boleh diusik karena embrio dalam telur atau anak ayam yang akan menetas tersebut sedang bergerak pada posisi penetasannya.

Pada incubator tipe still-air, pemutaran dilakukan secara manual dengan ketentuan seperti diatas. Biasanya untuk mempermudah dalam mengetahui posisi terakhir telur pada saat di putar maka telur tetas diberi tanda “O” pada satu sisis dan “X”. pada sisi lainnya,. Selanjutnya putar telur menurut waktu dan tanda secara bergantian dan secara berhati hati terutama 1 minggu pertama dalam incubator.

Ada baiknya juga menuliskan tanggal pada telur menggunakan pinsil untuk menandai beberapa hal seperti: dari kandang mana, jenis ayam, kapan bertelur, kapan dimasukkan incubator. Hal ini untuk mengetahui kapan telur nantinya akan menetas dan menentukan waktu peneropongan untuk penentuan fertilitas, kantong udara dan penentuan pemindahan telur sebelum menetas (- 3 hari).

Biasanya anak ayam (DOC) akan mulai menetas pada usia penetasan ke 20 dan 21 hari pada keadaan mesin penetasan yang bekerja normal dan sesuai prosedur. Anak ayam yang menetas setelah waktu itu atau setelah hari ke 22 biasanya tidak sehat atau lemah.

Setelah menetas, anak ayam dibiarkan beberapa jam didalam mesin incubator sampai kering sempurna. Hal ini dapat dilihat dengan telah lepasnya bulu bulu halus yang menyertai anak ayam waktu menetas dan berganti dengan bulu lembut yang menutupi sempurna seluruh tubuh anak ayam tersebut.

Selanjutnya anak anak ayam tersebut dipindah ke tempat lain (missal : chickguard atau kandang box) dengan diberikan makanan dan minuman. Makanan cukup diberikan dilantai kandang atau pada nampan yang rendah dengan jenis butiran halus agar anak ayam dapat mulai belajar makan. Minuman yang diberikan dapat ditambahkan vitamin seperti amylit dan vitachick. Khusus tempat minum, sebaiknya diberikan gundu atau kerikil kerikil kecil agar anak ayam tidak sampai tenggelam didalamnya.

Sedangkan untuk mesin incubatornya dapat dimatikan dan dibersihkan dari bulu bulu halus, pecahan pecahan kulit telur atau lainnya serta disemprot dengan bahan desinfektan atau dilakukan prosedur fumigasi. Sanitasi yang baik untuk mesin incubator penting untuk menjamin kebersihan dari bibit bibit penyakit.


Pengetesan Fertilitas Telur

Pengetesan fertilitas telur adalah suatu hal yang perlu dilakukan. Hal ini terutama diperlukan untuk menentukan jumlah telur yang fertile untuk terus ditetaskan sedangkan yang tidak fertile atau tidak bertunas harus disingkirkan karena tidak berguna dalam proses penetasan dan bahkan Cuma buang buang tenaga dan tempat saja. Padahal tempat yang ada dapat dimanfaatkan untuk telur telur fertile yang lain atau yang baru akan ditetaskan.

Tes fertilitas semacam ini tidak akan mempengaruhi perkembangan embrio telur, malah sebaliknya kita akan tahu seberapa normal perkembangan embrio didalam telur tersebut telah berkembang atau bertunas. Tatapi tetap sebagai hal yang terpenting dalam proses ini adalah mengetahui seberapa banyak telur yang fertile dan dapat menentukan langkah langkah yang diperlukan untuk telur yang tidak fertile terutama jika telur telur tersebut diberikan coretan / tulisan mengenai asal telur dan tanggal di telurkan oleh sang ayam maupun informasi asal kandangnya.

Ada beberapa istilah untuk alat melihat fertilitas telur disebut teropong telur atau tester atau candler. Alat ini mudah dibuat dengan cara menempatkan bohlam lampu dalam sebuah kotak atau silender yang dapat terbuat dari segala macam jenis baik kayu ataupun pralon 3 inch seperti pada gambar.

Cara membuatnya adalah dengan memotong pralon 3 inch sepanjang 20 cm dan menutup kedua ujungnya dengan kayu yang dibuat melingkar mengikuti pralon dan kemudian di mur. Bagian dalam diberikan fitting lampu dan sebuah bohlam lampu yang cukup terang (missal : 40 watt) dan satu ujung bagian atasnya pada bagian tengahnya diberikan lubang sebesar 2/5 besar diameter telur rata rata atau sekitar 2 cm.

Penggunaannya adalah dengan menyalakan bohlam lampu dan melalui lubang yang ada (pada bagian atasnya) diletakkan telur yang akan dilihat dengan cara menempelkan bagian bawah telur (bagian yang lebih tajam dari telur) ke lubang dan melihat perkembangan yang ada di dalam telur. Cara yang paling baik adalah dengan menggunakan alat ini pada ruangan yang gelap sehingga bagian dalam telur yang terkena bias cahaya lampu dapat lebih jelas terlihat.

Telur biasanya di test setelah 5 – 7 hari setelah di tempatkan dalam incubator. Telur dengan kulit yang putih seperti telur ayam kampung akan lebih mudah dilihat daripada telur negri atau yang warna kulitnya cokalat atau warna lainnya.

Pada saat test fertilitas, maka hanya telur yang ada bintik hitam dan jalur jalur darah yang halus yang akan terus di tetaskan. Tetapi singkirkan telur telur yang ada pita darahnya, tidak ada perubahan (tetap tidak ada perkembangan), ada blok kehitaman karena mati atau seperti contoh pada gambar berikut:

candling


Apabila karena kurang pengalaman atau karena ragu ragu seperti missal menurut pengalaman kami perkembangan embrio kadang tidak terlihat jelas di bagian pinggir telur karena perkembangannya ada di tengah telur. Keadaan ini akan tampak seakan akan telur tidak berkembang tetpi nyatanya berkembang dengan baik.

Dalam kasus tersebut maka hal yang bijaksana adalah dengan mengembalikan telur telur tersebut kedalam incubator dan test kembali pada hari ke 10 atau 14 misalnya. Jika ternyata berkembang maka telur terus di tetaskan tetapi bila tidak maka harus dibuang.

Kegagalan Penetasan

Bila karena suatu sebab telur tersebut gagal untuk menetas maka harus dicari penyebab masalahnya. Dalam kasus kasus seperti ini maka klik link berikut untuk mengetahui penyebab dan penang-gulangannya serta memperbaikinya pada kesempatan penetasan berikutnya.
Akhirnya besar harapan kami, anda dapat menetaskan telur menjadi DOC yang berkualitas unggul.

Kamis, 10 Januari 2013

BUDIDAYA BELUT DALAM DRUM TONG

Cara Teknik Budidaya Belut Dalam Drum Tong Tanpa Lumpur


Budidaya – Cara dan Teknik Budidaya Belut Dalam Drum Tong Tanpa Lumpur. informasi mengenai teknik dan cara pengembangan budidaya belut yang bisa anda pelajari lewat PDF mungkin untuk dapat berbisnis dibidang belut yang sudah mencapai kesuksesan para exportir belut ke luar negeri, beberapa tips sederhana dapat anda pelajari untuk dapat mengembangkan budidaya belut secara besar maupun skala kecil, nah mari kita coba bahas sedikit Cara Teknik Budidaya Belut Dalam Drum Tong Tanpa Lumpur dibawah ini.

Media Campuran Belut

Menurut Ruslan, Cara Budidaya Belut akan cepat besar jika medianya cocok. Media yang digunakan ayah dari 3 anak itu terdiri dari lumpur kering, kompos, jerami padi, pupuk TSP, dan mikroorganisme stater. Peletakkannya diatur: bagian dasar kolam dilapisi jerami setebal 50 cm. Di atas jerami disiramkan 1 liter mikroorganisma stater. Berikutnya kompos setinggi 5 cm. Media teratas adalah lumpur kering setinggi 25 cm yang sudah dicampur pupuk TSP sebanyak 5 kg.

Karena belut tetap memerlukan air sebagai habitat hidupnya, kolam diberi air sampai ketinggian 15 cm dari media teratas. Jangan lupa tanami eceng gondok sebagai tempat bersembunyi belut. Eceng gondok harus menutupi ¾ besar kolam, ujar peraih gelar Master of Management dari Philipine University itu.

Bibit belut tidak serta-merta dimasukkan. Media dalam kolam perlu didiamkan selama 2 minggu agar terjadi fermentasi. Media yang sudah terfermentasi akan menyediakan sumber pakan alami seperti jentik nyamuk, zooplankton, cacing, dan jasad-jasad renik. Setelah itu baru bibit dimasukkan.



Pakan hidup Belut

Berdasarkan pengalaman Ruslan, sifat kanibalisme yang dimiliki Monopterus albus itu tidak terjadi selama pembesaran. Asal, pakan tersedia dalam jumlah cukup. Saat masih anakan belut tidak akan saling mengganggu. Sifat kanibal muncul saat belut berumur 10 bulan, ujarnya. Sebab itu tidak perlu khawatir memasukkan bibit dalam jumlah besar hingga ribuan ekor. Dalam 1 kolam berukuran 5 m x 5 m x 1 m, saya dapat memasukkan hingga 9.400 bibit, katanya.

Pakan yang diberikan harus segar dan hidup, seperti ikan cetol, ikan impun, bibit ikan mas, cacing tanah, belatung, dan bekicot. Pakan diberikan minimal sehari sekali di atas pukul 17.00. Untuk menambah nafsu makan dapat diberi temulawak Curcuma xanthorhiza. Sekitar 200 g temulawak ditumbuk lalu direbus dengan 1 liter air. Setelah dingin, air rebusan dituang ke kolam pembesaran. Pilih tempat yang biasanya belut bersembunyi, ujar Ruslan.

Pelet ikan dapat diberikan sebagai pakan selingan untuk memacu pertumbuhan. Pemberiannya ditaburkan ke seluruh area kolam. Tak sampai beberapa menit biasanya anakan belut segera menyantapnya. Pelet diberikan maksimal 3 kali seminggu. Dosisnya 5% dari bobot bibit yang ditebar. Jika bibit yang ditebar 40 kg, pelet yang diberikan sekitar 2 kg.

Hujan buatan

Selain pakan, yang perlu diperhatikan kualitas air. Bibit belut menyukai pH 5-7. Selama pembesaran, perubahan air menjadi basa sering terjadi di kolam. Air basa akan tampak merah kecokelatan. Penyebabnya antara lain tingginya kadar amonia seiring bertumpuknya sisa-sisa pakan dan dekomposisi hasil metabolisme. Belut yang hidup dalam kondisi itu akan cepat mati, ujar Son Son. Untuk mengatasinya, pH air perlu rutin diukur. Jika terjadi perubahan, segera beri penetralisir.

Kehadiran hama seperti burung belibis, bebek, dan berang-berang perlu diwaspadai. Mereka biasanya spontan masuk jika kondisi kolam dibiarkan tak terawat. Kehadiran mereka sedikit-banyak turut mendongkrak naiknya pH karena kotoran yang dibuangnya. Hama bisa dihilangkan dengan membuat kondisi kolam rapi dan pengontrolan rutin sehari sekali, tutur Ruslan.

Suhu air pun perlu dijaga agar tetap pada kisaran 26-28oC. Peternak di daerah panas bersuhu 29-32oC, seperti Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi, perlu hujan buatan untuk mendapatkan suhu yang ideal. Son Son menggunakan shading net dan hujan buatan untuk bisa mendapat suhu 26oC. Bila terpenuhi pertumbuhan belut dapat maksimal, ujar alumnus Institut Teknologi Indonesia itu.

Shading net dipasang di atas kolam agar intensitas cahaya matahari yang masuk berkurang. Selanjutnya 3 saluran selang dipasang di tepi kolam untuk menciptakan hujan buatan. Perlakuan itu dapat menyeimbangkan suhu kolam sekaligus menambah ketersediaan oksigen terlarut. Ketidakseimbangan suhu menyebabkan bibit cepat mati, ucap Son Son.

Hal senada diamini Ruslan. Jika tidak bisa membuat hujan buatan, dapat diganti dengan menanam eceng gondok di seluruh permukaan kolam, ujar Ruslan. Dengan cara itu bibit belut tumbuh cepat, hanya dalam tempo 4 bulan sudah siap panen.

nah mungkin selain budidaya belut diatas mungkin anda tertarik untuk mencoba memahami Cara Budidaya Tomat serta Cara Membuat Kerupuk dan semoga berfaedah untuk anda dalam mengembangkan Cara Teknik Budidaya Belut Dalam Drum Tong Tanpa Lumpur diatas.
Related article:
~budidaya belut dalam tong~budidaya belut dalam drum~cara budidaya belut~ternak belut dalam tong~cara beternak belut di drum~BUDIDAYA BELUT~ternak belut dalam drum~beternak belut dalam drum~cara beternak belut dalam drum~budidaya belut tanpa lumpur~

Analisis Usaha Budidaya Belut di Dalam Tong atau Drum

Asumsi
1. Tong atau drum yang digunakan bervolume 200 liter sebanyak 20 buah.
2. Lama setiap periode pemeliharaan 4 bulan. Namun, tidak menutup kemungkinan jika periode pemeliharaan bisa lebih cepat menjadi 3 bulan.

3. Tong atau deum dapat digunakan selama 4 tahun (12 Periode pemeliharaan)
4. Cat Minyak, Pipa PVC dan perlengkapan pendukung dapat digunakan selama 4 tahun
5. Padat tebar bibit 2 kg per drum, menggunakan bibit berjumlah 80-100 ekor per kg. Jadi kepadatan maksimal tong 200 ekor bibit.
6. Kegiatan budi daya dilakukan sendiri oleh pembudidaya, hanya proses penyiapan tong dan pembuatan media yang menggunakan tenaga kerja borongan.
7. Media yang digunakan adalah campuran tanah yang dimatangkan dengan media instan bokashi.
8. Pakan utama yang dibudidayakan sendiri, sehingga menekan biaya pakan.

Analisis Usaha
Biaya investasi
- Tong atau drum 20 buah @ Rp100.000………………….Rp 2.000.000
- Cat minyak 7 kaleng @ Rp8.000……………………………..Rp 56.000
- Pipa PVC 2 inchi 3 batang @ Rp30.000…………………..Rp 90.000
- Perlengkapan pendukung
(ember, cangkul, serok, baskom, Was, dan jeriken)……Rp 200.000
- Upah pembuatan tong (borongan…………………………….Rp 100.000
Total investasi……………………………………………………………Rp2.446.000

Biaya operasional per periode pemeliharaan
— Biaya Tetap
Penyusutan tong atau drum Rp2.000.000 : 12 …………Rp 167.000
Penyusutan cat Rp56.000 : 12 ………………………………….Rp 4.700
Penyusutan pipa PVC Rp90.000 : 12……………………….. Rp 7.500
Penyusutan peralatan pendukung Rp200.000 : 12…… Rp 16.700
Penyusutan upah persiapan drum Rp100.000: 12…….. Rp 8.400
total biaya tetap………………………………………………………….. Rp 204.300

— Biaya Tidak Tetap
Bibit belut 40 kg x Rp40.000/kg……………………………………………. Rp 1.600.000
Pelet, cacing, dan ikan-ikanan kecil 474 kg x Rp3.000/kg………. Rp 1.422.000
EM4 4,5 botol x Rp , 25.000/ botol…………………………………………. Rp 112.500
Jerami padi 4 ikat x Rp5.000/ikat………………………………………….. Rp 20.000
Batang pisang 10 batang x Rp1.000/batang……………………………. Rp 10.000
Bekatul atau dedak 67 kg x Rp2.000/kg………………………………….. Rp 134.000
Pupuk kandang 4 karung x Rp6.000/karung…………………………… Rp 24.000
Gula 0,25 kg x Rp6.000/kg……………………………………………………… Rp 1.500
HSC (Humic Substance Complex) 1 botol………………………………….. Rp 90.000
Tenaga pembuatan media…………………………………………………………. Rp 50.000
Total biaya tidaktetap……………………………………………………………….. Rp3.464.000

— Total Biaya Operasional
Total biaya operasional = Total Biaya Tetap + Total Biaya Tidak Tetap
= Rp204.300 + Rp3.464.000
= Rp3.668.300

3. Penerimaan per Periode
Penjualan hasil panen 400 kg x Rp25.000/kg = Rp10.000.000

4. Keuntungan
Keuntungan = Total penerimaan – total biaya operasional
= Rp10.000.000 – Rp3.668.300
= Rp6.331.700

5. Pay Back Period
Pay back period adalah waktu titik batik modal atau titik impas,
yaitu perbandingan antara total investasi dengan keuntungan yang diperoleh.

Pay back period = (Total investasi : keuntungan) x 1 bulan
= (Rp2.446.000 : Rp6.331.700) x 1 bulan
= 0,4 bulan

INFO OBAT DAN PAKAN

No.
Item
Indikasi
Volume
1
Kalbazen SG
Obat cacing doka
Botol 1000 ml
2
Kalbazen C
Obat cacing sapi
Botol 1000 ml
3
Vetoxy LA
Antibiotika
Botol 100 ml
4
Spoit 3 ml
Alat suntik doka
Dus 100 buah
5
Spoit 20 ml
Alat suntik sapi
Dus 100 buah
6
Spoit Fiber 5 ml
Alat suntik doka
Dus 100 buah
7
Jarum no. 18 G
Alat suntik doka
Dus
8
Biodine
Mutivitamin
Botol 50 ml
9
Biosalamin
Mutivitamin
Botol 50 ml
10
Calcidex
Kalsium
Botol 500 ml
11
Oxysalmo
Antibiotika
Botol 100 ml
12
Ivermec
Anti ektoparasit
Botol 100 ml
13
Ivomec
Anti ektoparasit
Botol 50 ml
14
Ivomec
Anti ektoparasit
Botol 50 ml
15
Mectisan
Anti ektoparasit
Botol 100 ml
16
Colibact inj.
Antibiotika
Botol 100 ml
17
Injectamin
Vitamin
Botol 100 ml
18
Tympanol
Kembung
Botol 100 ml
19
Duocyclin
Antibiotika
Botol 100 ml
20
Cofacalcium
Kalsium
Botol 100 ml
21
B Complex
Vitamin
Botol 100 ml
22
DEEA Gest Deck
Tester kehamilan
Pack 10 sheet
23
Gusanex
Obat Luka semprot
Spray
24
Erlamycetin
Obat Mata
Drop 5 ml
25
Oxytetracycline
Obat Mata
Cream 3,5 gr

Rabu, 09 Januari 2013

PENETASAN TELUR BISNIS YANG MENGUNTUNGKAN



Tak sedikit masyarakat Kroya – Karanganyar Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon, kini menyandarkan pendapatan utamanya pada bisnis penetasan telur itik skala rumah tangga. Dengan mengandalkan pasokan telur itik Rambon (Ras Masyarakat Cirebon) dari peternak sekitar, produksi DOD (Day Old Duck) atau anak itik hasil tetasan kawasan ini mampu mencapai 9,5 juta ekor per tahun.
Cakupan distribusi DOD made in Kroya ini tidak sekadar Cirebon dan Jawa Barat, tetapi juga Banten, Jawa Tengah, sertaJawa Timur bahkan sudah merambah Sumatera dan Kalimantan. Padahal semula, usaha ini dipandang sebelah mata dan hanya merupakan kegiatan sampingan.
Jabidi, adalah salah satu penduduk Kroya yang menggeluti usaha penetasan telur itik. Ia yang memulai usahanya14 tahunlaludengan10 mesin tetas berkapasitas 600 telur per unit, kini memiliki 30 unit mesin tetas dengan kapasitas 1.000 butir telur per unit. “Usaha di penetasan telur itik ini sangat aman dan tidak terpengaruh krisis ekonomi. Hanya sedikit terganggu pada saat awal merebaknya flu burung,” ungkap Jabidi kepada TROBOS beberapa waktu lalu.
Selain sebagai penetas, Jabidi juga bermain sebagai pengepul telur tetas yang memasokpenetas lainnya. Ia mengakumendapatkan telur dari peternak itik minimal 2.000 – 3.000 butir per 3 hari. Jika sedang banyak, telur yang dapat dikumpulkan bisa mencapai 7.000 – 10.000 butir. “Saya baru mampu memenuhi 5 % dari kebutuhan telur tetas yang ada. Terlalu banyak telur yang dikumpulkan pun tidak efektif karena telur fertil itu optimal disimpan sebelum ditetaskan sekitar 2 hari. Apalagi masih ada pengumpul telur tetas lainnya,” tuturnya.
 
Ditetaskan Bertahap
Dalam menetaskan telur itik, Jabidi tidak mengisi semua mesin tetas tetapi dilakukan secara bertahap. Sekali produksi, rata–rata ditetaskan 1.000 – 4.000 telur. Sedangkan mesin tetas yang tidak digunakan diistirahatkan dan disterilkan sekitar 3-7 hari dengan menggunakan desinfektan atau sabun untuk mematikan mikroorganisme.
Telur yang dikumpulkan dari kandang diseleksi,dipisahkan antara yang bersih dengan yang kotor.“Telur yang kotor kurang bagus kalau ditetaskan,” ungkap Jabidi. Ditambahkannya, telur yang kotor kemudian diolah untuk telur asin.
Jabidi melanjutkan, telur bersih kemudian masuk mesin tetas. Keesokan harinya dilakukan candling (peneropongan) telur menggunakan lampu untuk mengetahui fertilitas telur. Pada telur yang fertil terdapat tunas. Candling kembali dilakukan pada hari ke-5 untuk menyeleksi lagi telur yang fertil dan tidak. Pada telur fertil terlihat urat darah seperti laba - laba.
Sedangkan telur yang mati ada lingkaran dan urat darahnya putus– utus, hilang atau bahkan kosong.“Candling terakhir dilakukan pada hari ke-15. Telur yang hidup akan tampak berwarna gelap/hitam dan yang mati berwarna terang,” jelasnya.
Bernilai Tambah
Pria yang belajar penetasan telur itik secara otodidak ini mengungkapkan, banyak nilai tambah dalam usaha penetasan telur itik ini. Telur yang baru dibeli dari kandang dan didiamkan semalam di mesin tetas lalu ketika di-candling dan terdapat tunas nilai jualnya akan meningkat. Dari harga beli telur yang Rp 1.420 per butir, ia bisa menjual telur bertunas Rp 1.750. Sedangkan untuk DOD jantan dijual Rp 3.500 dan betina Rp 4.500. “DOD yang dihasilkan dengan umur 1 – 5 hari langsung dijual di tempat,” ujarnya.
Ia menggambarkan keuntungan dari penetasan telur itik ini minimal setengahnya dari modal. Dari kapasitas mesin tetas 1.000 butir per unit keuntungan minimal sekitar 300 butir per unit. “Kalau sudah dikurangi listrik dan tenaga kerja keuntungan bersih sekitar 200 butir,” katanya.
(Sumber : http://www.trobos.com/show_article.php?rid=29&aid=3088)

GAMBAR INCUBATOR

GAMBAR.1

GAMBAR.2

GAMBAR.3